Subhanallah Ciptaan Allah

Jumat, 18 Mei 2012



Tidakkah Aku Pantas Mendendam ?



Aku berkaca pada kepingan-kepingan asa yang berserakan di dasar hatiku
Dan aku memberanikan diriku untuk bertanya, siapakah dia hingga pantas menyakitiku sekejam ini?
Aku menari di atas kubangan lumpur yang dahulu bak telaga mata air
Aku mendendangkan syair pilu yang dahulu pernah terdengar merdu
Siapakah dia  yang berani meremukkan hati dan hidupku seperti ini?
Diakah yang dahulu pernah menggenggam utuh seluruh jiwaku?
Diakah yang dahulu bagai perisai tangguh di hidupku?
Aku tak lagi mengenalnya,,,
Aku tak lagi memahami lapisan wajah mana yang dulu pernah tulus menyayangi...
Siapakah dia? Iblis manakah yang telah menggerogoti hatinya?
Aku menangis mendengar rintihan hatiku sendiri,
Diakah yang telah membuatku selemah ini?
Diakah yang membuatku tak mampu lagi percaya terhadap apapun?
Aku tak lagi mengenalnya...
Aku tak lagi sudi melihatnya...
Kadang aku tertawa menghadapi hati yang dianugrahkan padaku...
Tidakkah aku terlampau lemah di hadapan mereka yang telah berkali-kali menyakitiku?
Tidakkah t'lah kusuguhkan kenikmatan yang teramat sangat bagi mereka yang telah tega mengenalkan aku pada sisi lain dari wajah kehancuran?
Tidakkah kuberikan kepuasan yang melebihi sgalanya pada mereka yang kini tengah menertawakanku?
Namun di sinilah aku, kembali terdiam... tidakkah aku berhak untuk mendendam?
Aku pantas mendendam,...
Tapi semakin sakit ini menawarkan aku untuk mendendam...
semakin aku larut dalam tawaku yang tak kunjung reda...
menyaksikan ketololanku yang bahkan untuk membenci pun aku tidak sanggup...!!!

Rabu, 16 Mei 2012


Apparently I'm Lightning

You Are Lightning !!!
                            Beautiful yet dangerous
                            People will stop and watch you when you appear
                            Even though you're capable of random violence

                            You are best known for: your power
                            Your dominant state: performing 

Jumat, 11 Mei 2012

Cinta Itu Tak Terlihat

Air Mata Si Gadis Kecil

Seorang gadis kecil meringkuk di pojok ruangan yang seakan penuh sesak oleh sosok-sosok yang bahkan tidak ia kenal dengan baik. Ia tidak mungkin berusia lebih dari 13 tahun.Ia hanya menunduk tanpa mempedulikan hilir mudik sanak saudara yang berlalu di hadapannya. Beberapa orang datang memeluknya, membisikkan kata-kata untuk menghibur, bahkan ada beberapa yang meneteskan air mata di bahunya sembari merangkulnya. Namun tak satu pun yang mampu menerobos dinding sunyi yang telah ia tanamkan dalam hati & pikirannya.
Matanya kini menatap nanar pada sosok yang tak lagi  bernyawa tak jauh dari tempatnya meringkuk. Sesekali orang akan membuka lapisan kain yang menutupi wajah sosok itu untuk sekedar mencium atau bahkan menangisinya. Hatinya bergetar tiap kali wajah dari sosok itu tersingkap. Ada rasa panas yang menggantung di sudut matanya.Ada kemarahan di dalam hatinya.
Entah apa yang dibisikkan orang-orang padanya. Ia tidak peduli. Ia bahkan tidak mendengarnya dengan jelas. Ada perasaan sakit yang teramat sangat di hatinya.Bagai ada lubang terbuka dalam jiwanya.Ada yang serasa mencabik kulitnya berkali-kali.
Namun tak juga setitik pun air mata membasuh pipinya. Ia terlampau kuat,atau malah ia terlampau sakit hingga tak kuasa menangis. Mungkin ia berfikir, jika ia menangis, maka segalanya akan benar-benar menjadi nyata. Namun memang segalanya bukanlah mimpi.
Ia pandangi lapisan kain yang menutupi sekujur tubuh sosok yang terbaring tadi, berharap ia melihat walau sehalus apapun gerakan yang mungkin terjadi, berharap bahwa sosok itu tiba-tiba bernafas lagi, berharap Izrail  kembali dan meniupkan lagi roh ke tempatnya semula.
Namun tidak ada yang ia dapatkan.Sosok itu jenazah. Jenazah pastilah sudah tidak bernyawa, pikirnya lagi. 
Hingga entah berapa lama waktu berlalu, orang-orang pun bergegas untuk mengebumikan jenazah tersebut. Seorang perempuan yang tak lain adalah bibinya, merangkulnya untuk berdiri. Ia pun ikut saja tanpa tahu untuk apa. Seketika ia teringat pada ayah dan adiknya yang sedari tadi sesungguhnya tidak pernah jauh darinya. Dilihatnya adiknya yang masih kecil menangis tersedu-sedu hingga bahunya terguncang di pelukan ayahnya. Dilihatnya juga mata sembab ayahnya dan juga air mata yang belum kering di wajahnya.
Ayahnya kini merangkulnya, memeluknya,namun ia hanya diam. 
Dan sesungguhnya ia sangat berterima kasih saat ayahnya berkata bahwa ia tidak harus ikut serta untuk mengebumikan jenazah tersebut. Tinggallah ia kembali meringkuk di pojok ruangan yang sedari tadi menjadi tempat yang mungkin aman baginya bersama segelintir orang yang turut tinggal untuk menemaninya.
Dan ketika segala kewajiban telah ditunaikan, malam pun datang setelah mengusir pergi senja pilu kala itu. Dan gadis kecil itu pun beranjak dari tempatnya menuju kamar yang sempit namun mampu memisahkannya dari orang-orang yang baginya tidak dapat menolong hatinya sama sekali. Ia tidak suka dikasihani, ia tidak suka dipandang dengan tatapan iba oleh orang-orang. Padahal merekalah sanak saudara. Namun ia tidak memerlukan mereka saat itu.
Di kamarnya yang sempit.Ia keluarkan selembar foto dari laci di sebelah tempat tidurnya. Dipandanginya foto seorang wanita yang kala itu matanya berbinar penuh pengharapan dengan senyum tulus membingkai wajahnya. Dipandanginya lekat-lekat foto lama namun belum usang itu...setiap guratan masih terlihat jelas.
Seketika lubang di hatinya serasa membuka semakin lebar. Dan sakit yang amat dahsyat menghujam hatinya.
Hingga akhirnya air matanya pun menetes. Satu tetes, dua tetes, hingga akhirnya tak sadar ia tersungkur berlutut di samping tempat tidurnya sembari memeluk erat foto itu di dadanya bersama seluruh tubuhnya yang bergetar karena tangisannya yang kini kian menjadi. Erangan-erangan menyayat hati pun terlontar dari bibirnya.Belum pernah ia merasakan sakit sedahsyat ini dalam hidupnya. Jiwa anak-anaknya mengambil alih dalam sekejap. Merasakan hampa yang menyiksa batinnya. Merindukan sosok yang telah pergi namun masih dapat ia rasakan kehadirannya. Dipeluknya foto itu dengan sangat erat seolah ia ingin menghidupkannya kembali. Namun jauh dalam logikanya, ia tersakiti dengan lebih pedih ketika ia sadari, bahwa ketika ia terbangun nanti, segalanya tetap sama.

( Gadis kecil itu adalah aku. Saat aku berusia 13 tahun,saat Ibuku tercinta meninggal dunia karena tak sanggup lagi ia melawan deraan bermacam penyakit yang dideritanya. Kala itu aku pernah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan pernah lagi menitihkan air mata, sepuluh tahun kulalui dengan tegar, dan di luar kuasaku, kini aku melanggar janjiku sendiri )

Andai Lelaki Tahu Hati Seorang Wanita


Assalamualaikum bagi kalian kaum Adam  yang diciptakan Allah sebagai pemimpin bagi kami, kaum Hawa,,, maka sekiranya pahamilah kami dengan sebenar-benarnya...
( i don't made this beautiful words, but i edited it from :

Andai engkau tahu...
Apabila seorang perempuan jatuh cinta,
Engkau  tidak harus memiliki segalanya...
Tetapi  engkau adalah segalanya di hatinya

Andainya engkau  tahu..
Apabila seorang perempuan mengalirkan air mata,
Itu bukan bermakna dia lemah...
Tetapi ia sedang mencari kekuatan untuk tetap tabah mencintaimu...

Rabu, 09 Mei 2012

Masa Lampau


By : Nietha
Aku menari dalam simfoni indah masa lampau...
Jauh sebelum kuakrabi resah juga risau
Saat dimana kunikmati segala nikmat yang tiada terhalau

Aku bernyanyi dalam irama indah masa lampau...
Saat kuberlayar di lautan kasih yang tiada terkira luasnya
Saat aku diselimuti kasih sayang yang tiada batasnya
Dan saat kuresapi anugrah bahagia yang sebenar-benarnya

Aku mengalun dalam nada-nada indah masa lampau...
Saat aku bermain dalam canda tawa yang seringan nafas
Senda gurau yang mengalun lepas
Dan ketulusan hati yang seputih kapas

Namun kini, aku menangis dalam memori indah masa lampau...
Tuhan, andai mampu kurayu sang waktu
Aku ingin kembali ke masa itu
Aku ingin semua kembali utuh
Dalam bait-bait indah yang menyatu
Jauh...sebelum menjadikanku seorang piatu...

Hilang Kendali


By: Nietha
 Para peri yang t'lah banyak dianggap ada
Akankah sudi utus padaku satu di antara kalian?
Putus asa nyaris menikam jantungku
Aku tidak ingin hilang dalam lemahnya batinku
Katakan padanya, aku butuh ia di sampingku
Untuk kujadikan sandaran bagi lelahnya jiwaku
 Tanpanya, hilang segenap asa yang dulu membara
Enyah bagai rembulan kala fajar menjelang
Ribuan waktu hanya berlalu begitu saja
Sejak ia menghilang dari pelukanku
Alangkah pedih kala jiwa tercabik dan hanya bisa membisu
Yakinkan ia...
Aku terlampau mencintainya melebihi batasku
Namun sungguh tiada dayaku 'tuk membawanya kembali
Gerimis pun jatuh, menusuki tajam pada jiwaku  yang hilang kendali...



My Best Friend

By : Nietha   ( For My Citer...Thank You)

Sahabat...
Ia yang datang kepadamu, saat seluruh dunia menjauh,
Ia yang datang kepadamu, tidak hanya saat kau butuh tertawa...
Namun juga saat kau butuh untuk menangis...
Sahabat...
Bukan ia yang selalu membenarkanmu,
tapi ia yang berani menunjukkan kesalahanmu...
Sahabat...
Ia yang tersenyum & menangis bersamamu,
Namun tidak pernah menghakimimu,
Sahabat...
Tidak perlu ia bertanya, ia yang pertama tahu tentang isi hatimu...
Tidak perlu kau meminta, ia yang akan segera mengusir dukamu...
Sahabat...
Ia tidak menuntut harus ada saat kesuksesan dalam genggamanmu,
Namun ialah yang akan selalu ada saat kau terjatuh...

Wahai Hujan

By : Nietha
Wahai hujan...
Sampai kapan ia hanya menari dalam khayalan ?
Sampai kapan ia hanya bermain dalam lamunan ?
Dan hanya berlalu dalam impian ?
Andai hasrat tak sedalam lautan...
Aku tak perlu terlunta-lunta dalam angan
Dan andai kasih tak jauh dari pandangan,
Aku tak perlu merintih dalam kerinduan 
Wahai hujan...
Basuhlah ladang jiwaku yang kekeringan,
Banjiri hatiku yang menumpuk keraguan
Dan biarkan rindu, meronta dalam kebekuan...
Hujan,,,beri aku jawaban...
Atas apa yang tak kuasa kutanyakan...
Dan beri aku gambaran...
Atas apa yang tak kuasa kulukiskan...
Kapan ia kembali dalam pelukan ?
Aku t'lah bosan memuja bayangan
Akankah sampai kurengkuh semua harapan ?
Ataukah aku akan kembali ditinggalkan,
Bersama angin yang menghempas hujan dalam kesunyian...

Selasa, 08 Mei 2012


Angkuhnya Aku !!!

 
    Kapan hujan akan membasuh ?
    Aku sudah kotor bergelimang peluh...
    Aku t'lah bosan mengeluh,
    Pada apa saja yang berlalu dengan acuh
                     Aku bercermin pada riak yang keruh
                     Apakah aku bukan lagi si tangguh ?
                     Hingga lukaku pun tak kunjung sembuh...
                                          Aku lelah bergelung dalam keluh,
                                          yang terus meneriakiku dengan riuh
                                          Dalam senyap yang berubah gaduh...
                                                              Atau benarkah aku yang terlalu angkuh ?
                                                              Saat tak sedikitpun hatiku tersentuh
                                                              akan banyaknya nikmat yang telah kurengkuh ?
                                                                                  Aku tenggelam dalam jenuh...
                                                                                  Aku t'lah jatuh,,,
            Dalam jurang kesombonganku yang runtuh.,
                                       Kini haruskah aku bersimpuh ?
                                       Untuk sekedar kudapati belaian teduh
                                       dalam lemahnya jiwaku yang rapuh !!!


 By: Nietha



KETIKA TAK MAMPU LAGI


By : Nietha
Ketika tak mampu lagi kutuntun kemana arah langkahku,
adalah saat terbaik dalam kejatuhanku...
Walau t'lah kugauli segenap resahku
dalam beribu malam yang setia mendampingiku

Ketika tak mampu lagi kupandang jalan di depan mataku,
adalah saat aku terperangkap di dasar keputusasaanku...
Walau t'lah kucumbui beribu waktu 
yang hanya datang untuk berlalu

Ketika tak mampu lagi kuraih satu pun mimpiku,
adalah saat kegagalan tersenyum bangga padaku...
saat tak satu pun asa menyambut tanganku,
Walau t'lah kuselami tiap tetes pengorbananku

Ketika tak mampu lagi kubalut tiap goresan dalam lukaku,
adalah saat aku merintih pilu dalam sakitku...
Walau t'lah kulangkahi tiap duri yang menghalangiku

Ketika tak mampu lagi kuhentikan tangisanku,
adalah saat jiwa & ragaku tak lagi menyatu...
Walau t'lah lelah aku bersimpuh dalam jeritanku

Ketika tak mampu lagi kupahami arti hidupku,
adalah saat aku diam membisu...
tanpa seorang pun d sisku
Walau t'lah kurayu setiap detik yang pergi menjauh

Dan ketika tak mampu lagi kuakrabi akal sehatku,
adalah saat aku hanya berkawan dengan kesendirianku
dan bercinta dalam kegilaanku...
Setelah kusentuh tiap sisa nafasku,
Hingga akhirnya tiba di perhentianku...



Rindu Allah



( Thanks for my best friend : Lusi...)
Jika kau terbangun seorang diri, 
janganlah merasa sepi...
ada Allah selalu mengawasi,
Jika bersedih, 
janganlah dipendam dalam hati...
ada Allah tempat berbagi,
Jika susah, janganlah merasa pilu...
ada Allah tempat mengadu,
Jika gagal, janganlah berputus asa...
ada Allah tempat meminta,
Jika bahagia, janganlah lupa...
ada Allah tempat memuja,
Ingatlah Allah selalu...
Ukir nama-Nya di hatimu,
Rindui Dia di setiap langkahmu...
Cinta pada-Nya harus tetap yang pertama,
Allah selalu bersamamu, menjagamu,,,
Dan senantiasa selalu memberikan
yang terbaik dalam hidupmu...

Senin, 07 Mei 2012

Rindu Tak Berbalas


By : Nietha
 Hujan menyapa di balik riuhnya yang deras,
Memeluk rindu yang terhembus bersama nafas
Menjadikan titik-titik embun, yang mula terbias
Aku mencinta pada ombak yang menghempas 
Menerjang kuat pada karang yang keras
Hingga terdengar ratapan yang semakin jelas
Berderu di sepanjang pantai yang tertidur pulas
Kini hati & nyanyianku tak lagi selaras
Akankah aku bertahan selagi waras ?
Ataukah aku harus berlari seiring hujan yang semakin deras?
Tidak,,,aku tidak akan pernah puas
Hingga kudapati rinduku habis terkuras
Bersama mimpi-mimpi yang t'lah terampas
Meski bukan sebongkah emas,
tidakkah aku pantas ?
Untuk sekedar menanti rindu yang berbalas
Bersama jejak waktu yang yang tak berbekas...
 

Sabtu, 05 Mei 2012

Rayuan Iblis

By : Nietha
Aku menangis
Meraba jalan hidupku baris demi baris
Aku mengukir berjuta mimpi 
yang berawal manis
namun akhirnya berujung sadis
Kini aku terkurung dalam teralis
bersama jiwa & ragaku yang perih teriris
Apa yang kini dapat kau tulis?
dari kisahku yang tiada kenal romantis
Dan apa yang dapat kau lukis?
dari hidupku yang miris
Andai kau tarik garis tipis,
Aku hanyalah seorang gadis 
yang tersesat di bawah hujan gerimis
Yang hati & jiwanya telah terkikis
Oleh dahsyatnya rayuan iblis !!!

KARUNIA



By : Nietha

 



“Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS Ar-Rahman 13) 

Aku terlahir ke dunia 
Dalam balutan nyawa berwujud manusia,
Aku tumbuh di bawah hangat sang surya
dan terus berlalu dalam usia...
Kulalui hari - hari penuh ceria
Seiring tawa lepas dalam canda ria...
Hingga akhirnya...aku pun tak lagi belia
Saat t'lah kumengerti arti setia,
Dan kureguk perih kala teraniaya,,,
Namun aku percaya...
Bahkan ketika segalanya telah terbingkai
dalam nostalgia,
Aku 'kan tetap percaya...
Bahwa segalanya adalah karunia..
Aku selalu percaya,
Bahwa sungguh aku hanyalah makhluk-Nya
yang menghirup nafas atas izin-Nya
dan bermandikan nikmat atas kehendak-Nya
Namun mengapakah aku masih teramat sombong & hina,
hingga selalu saja aku mengkhianati-Nya...


Word

By : Nietha
Aku menyadur ribuan prosa yang pernah tertutur
Karena dalamnya kata bagaikan sumur
yang tak dapat diukur...

Ia terhela bersama nafas yang teratur
Menyimpan jutaan makna yang tertabur 
di sekliling putaran waktu yang terulur,
tanpa pernah berjalan mundur...

Terkadang isyarat hanya memberi makna kabur
Dalam bisikan hati yang mencoba jujur
Walau seringkali kata tak kuasa mengikuti jalur,
dalam untaian yang terjalin dalam alur

Namun aku tetap mengucap syukur,
Kala ia melebur...
Dan saling tertata akur,
Walau tak selalu untuk menghibur

Karena kata-kata tak pernah tidur
Dan ia tak pernah termakan umur
Meski akhirnya harus terkubur,
Jauh di bawah tanah yang berlumpur...

My Poems


Ketika tiada lain yang mendampingiku selain sunyi & sepi, pikiranku menemukan jalannya sendiri untuk sebuah penghiburan. Ketika kucermati apa isi dunia ini, satu hal yang terlintas seketika itu, yakni KATA. Kata yang mengisi segalanya. Dan melalui rangkaian kata, akan kuungkapkan segalanya. Meski kau 'kan tertawa,namun tak 'kan mengurangi makna kata-kata itu sendiri.