Subhanallah Ciptaan Allah

Jumat, 11 Mei 2012

Cinta Itu Tak Terlihat

Air Mata Si Gadis Kecil

Seorang gadis kecil meringkuk di pojok ruangan yang seakan penuh sesak oleh sosok-sosok yang bahkan tidak ia kenal dengan baik. Ia tidak mungkin berusia lebih dari 13 tahun.Ia hanya menunduk tanpa mempedulikan hilir mudik sanak saudara yang berlalu di hadapannya. Beberapa orang datang memeluknya, membisikkan kata-kata untuk menghibur, bahkan ada beberapa yang meneteskan air mata di bahunya sembari merangkulnya. Namun tak satu pun yang mampu menerobos dinding sunyi yang telah ia tanamkan dalam hati & pikirannya.
Matanya kini menatap nanar pada sosok yang tak lagi  bernyawa tak jauh dari tempatnya meringkuk. Sesekali orang akan membuka lapisan kain yang menutupi wajah sosok itu untuk sekedar mencium atau bahkan menangisinya. Hatinya bergetar tiap kali wajah dari sosok itu tersingkap. Ada rasa panas yang menggantung di sudut matanya.Ada kemarahan di dalam hatinya.
Entah apa yang dibisikkan orang-orang padanya. Ia tidak peduli. Ia bahkan tidak mendengarnya dengan jelas. Ada perasaan sakit yang teramat sangat di hatinya.Bagai ada lubang terbuka dalam jiwanya.Ada yang serasa mencabik kulitnya berkali-kali.
Namun tak juga setitik pun air mata membasuh pipinya. Ia terlampau kuat,atau malah ia terlampau sakit hingga tak kuasa menangis. Mungkin ia berfikir, jika ia menangis, maka segalanya akan benar-benar menjadi nyata. Namun memang segalanya bukanlah mimpi.
Ia pandangi lapisan kain yang menutupi sekujur tubuh sosok yang terbaring tadi, berharap ia melihat walau sehalus apapun gerakan yang mungkin terjadi, berharap bahwa sosok itu tiba-tiba bernafas lagi, berharap Izrail  kembali dan meniupkan lagi roh ke tempatnya semula.
Namun tidak ada yang ia dapatkan.Sosok itu jenazah. Jenazah pastilah sudah tidak bernyawa, pikirnya lagi. 
Hingga entah berapa lama waktu berlalu, orang-orang pun bergegas untuk mengebumikan jenazah tersebut. Seorang perempuan yang tak lain adalah bibinya, merangkulnya untuk berdiri. Ia pun ikut saja tanpa tahu untuk apa. Seketika ia teringat pada ayah dan adiknya yang sedari tadi sesungguhnya tidak pernah jauh darinya. Dilihatnya adiknya yang masih kecil menangis tersedu-sedu hingga bahunya terguncang di pelukan ayahnya. Dilihatnya juga mata sembab ayahnya dan juga air mata yang belum kering di wajahnya.
Ayahnya kini merangkulnya, memeluknya,namun ia hanya diam. 
Dan sesungguhnya ia sangat berterima kasih saat ayahnya berkata bahwa ia tidak harus ikut serta untuk mengebumikan jenazah tersebut. Tinggallah ia kembali meringkuk di pojok ruangan yang sedari tadi menjadi tempat yang mungkin aman baginya bersama segelintir orang yang turut tinggal untuk menemaninya.
Dan ketika segala kewajiban telah ditunaikan, malam pun datang setelah mengusir pergi senja pilu kala itu. Dan gadis kecil itu pun beranjak dari tempatnya menuju kamar yang sempit namun mampu memisahkannya dari orang-orang yang baginya tidak dapat menolong hatinya sama sekali. Ia tidak suka dikasihani, ia tidak suka dipandang dengan tatapan iba oleh orang-orang. Padahal merekalah sanak saudara. Namun ia tidak memerlukan mereka saat itu.
Di kamarnya yang sempit.Ia keluarkan selembar foto dari laci di sebelah tempat tidurnya. Dipandanginya foto seorang wanita yang kala itu matanya berbinar penuh pengharapan dengan senyum tulus membingkai wajahnya. Dipandanginya lekat-lekat foto lama namun belum usang itu...setiap guratan masih terlihat jelas.
Seketika lubang di hatinya serasa membuka semakin lebar. Dan sakit yang amat dahsyat menghujam hatinya.
Hingga akhirnya air matanya pun menetes. Satu tetes, dua tetes, hingga akhirnya tak sadar ia tersungkur berlutut di samping tempat tidurnya sembari memeluk erat foto itu di dadanya bersama seluruh tubuhnya yang bergetar karena tangisannya yang kini kian menjadi. Erangan-erangan menyayat hati pun terlontar dari bibirnya.Belum pernah ia merasakan sakit sedahsyat ini dalam hidupnya. Jiwa anak-anaknya mengambil alih dalam sekejap. Merasakan hampa yang menyiksa batinnya. Merindukan sosok yang telah pergi namun masih dapat ia rasakan kehadirannya. Dipeluknya foto itu dengan sangat erat seolah ia ingin menghidupkannya kembali. Namun jauh dalam logikanya, ia tersakiti dengan lebih pedih ketika ia sadari, bahwa ketika ia terbangun nanti, segalanya tetap sama.

( Gadis kecil itu adalah aku. Saat aku berusia 13 tahun,saat Ibuku tercinta meninggal dunia karena tak sanggup lagi ia melawan deraan bermacam penyakit yang dideritanya. Kala itu aku pernah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan pernah lagi menitihkan air mata, sepuluh tahun kulalui dengan tegar, dan di luar kuasaku, kini aku melanggar janjiku sendiri )

Andai Lelaki Tahu Hati Seorang Wanita


Assalamualaikum bagi kalian kaum Adam  yang diciptakan Allah sebagai pemimpin bagi kami, kaum Hawa,,, maka sekiranya pahamilah kami dengan sebenar-benarnya...
( i don't made this beautiful words, but i edited it from :

Andai engkau tahu...
Apabila seorang perempuan jatuh cinta,
Engkau  tidak harus memiliki segalanya...
Tetapi  engkau adalah segalanya di hatinya

Andainya engkau  tahu..
Apabila seorang perempuan mengalirkan air mata,
Itu bukan bermakna dia lemah...
Tetapi ia sedang mencari kekuatan untuk tetap tabah mencintaimu...